say welcome

WELCOME TO MY WORLD

Friday, 2 September 2011

misteri tongkat Nabi Musa A.S , kisah terbelahnya Laut Merah



Dan (ingatlah), ketika kami belah laut untukmu, lalu kami selamatkan kamu dan kami tenggelamkan (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan (QS 2:50).Dan kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, Karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir’aun itu Telah hampir tenggelam berkatalah dia: “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)” (QS 10:90).Dan Sesungguhnya Telah kami wahyukan kepada Musa: “Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, Maka buatlah untuk mereka jalan yang kering dilaut itu[933], kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam)”. (QS 20:77)Maka Fir’aun dengan bala tentaranya mengejar mereka, lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka. (QS 20:78)Lalu kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.” (QS 26:63)

Anda mungkin masih ingat dengan kisah Nabi Musa yang bersama kaumnya diperintahkan oleh Allah untuk meninggalkan Mesir. Ketika telah sampai di tepi Laut Merah, Allah memerintahkan Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya hingga laut luas yang berada di hadapan mereka terbelah membentuk jalan dengan dua dinding air yang tinggi. Pernahkah anda membayangkan betapa dahsyatnya kejadian tersebut?

Tongkat Nabi Musa adalah sebuah tongkat yang biasa dipakai oleh manusia di zamannya dan juga di zaman kita sekarang. Bahkan menurut Nabi Musa sendiri ketika ditanya Allah, tongkat itu hanya untuk membantu ia berjalan dan mengembalakan binatang ternaknya. Pertanyaannya ialah, mengapa tongkat tersebut tiba-tiba bisa menjadi ular besar yang siap menelan ular-ular hipnotisnya para tukang sihir dan setelah itu bisa kembali menjadi tongkat biasa? (QS. Thaha : 17 – 21)

Yang lebih dahsyat lagi, tongkat Musa dapat mengeluarkan 12 mata air setelah dipukulkan ke sebuah batu besar (QS. Al-Baqarah : 60 dan Al-A’raf : 160). Apakah itu bukan peristiwa yang sangat luar biasa hanya dengan alat dan sarana yang biasa-biasa saja? Kenapa di tangan kita tongkat seperti itu tidak melahirkan sesuatu yang melebihi fungsinya? Ada yang lebih sangat dahsyat lagi dari itu, yakni ketika Musa dan pengikutnya sedang berhadap-hadapan dengan Fir’aun dan pasukannya di pinggir laut merah. Pengikut Musa meyakini bahwa mereka, Fir’aun dan pasukannya akan berhasil menangkap mereka, karena secara nyata dan kasat mata di hadapan mereka laut merah sedangkan mereka tidak memiliki perahu atau kapal untuk melarikan diri dari kejaran Fir’aun tersebut. Namun, Nabi Musa berkeyakinan dan berpendapat lain sambil berkata : "Tidak mungkin… Sesungguhnya bersama saya ada Allah, Dia pasti menunjukkan jalan keluarnya" (QS As-Syu’ara’ : 61 -62).
Endingnya ternyata persis seperti keyakinan dan pandangan Nabi Musa, bukan seperti keyakinan dan pendapat pengikutnya. Lagi-lagi, tongkat Nabi Musa yang sederhana itu bisa membelah laut merah, sehingga mereka bisa melarikan diri di tengah lautan tanpa perlu adanya perahu layar atau kapal. Yang lebih mengagumkan lagi, Musa dan pengikutnya lolos menyeberangi laut merah, sementara Fir’aun dan pasukannya tenggelam dan tamatlah riwayat mereka. (QS. As-Syu’ara’ : 63 – 66).

Kalau kita cermati dengan baik, kesulitan, hambatan, persoalan, tantangan dan bahkan resiko yang dihadapi oleh saudara kita di awal tulisan ini (dan siapa saja yang ingin kembali kepada sistem ekonomi Allah dan Rasul-Nya, dan juga sistem-sitem Islam lainnya), mirip dengan apa yang dihadapi oleh manusia di zaman Nabi Musa. Demikian juga, karakter manusia, baik di zaman Nabi Musa ataupuin di zaman sekarang, dalam menerima atau mensikapi ajaran atau wahyu Allah terbagi kepada tiga golongan. Pertama, yang meyakini dan memahaminya (wahyu Allah) seperti Nabi Musa. Kedua, yang ragu-ragu seperti pengikut Nabi Musa. Ketiga yang mengingkari dan memeranginya, seperti Fir’aun dan pasukannya.

Dalam fakta dan akhir episode kehidupannya, ketiga golongan tersebut juga berbeda-beda. Musa, dengan tongkat yang sederhana dan biasa-biasa saja, dengan kehendak Allah jua, mampu melahirkan mukjizat-mukjizat yang tidak akan mampu dilahirkan oleh teknologi secanggih apapun. Pengikutnya yang ragu-ragu akan kebesaran dan kekuasaan Allah, di antaranya disebabkan virus materialisame yang sudah menggerogoti otak dan jantung mereka, tetap saja menjadi bangsa budak, tersesat di padang Tiin dan bahkan kembali menjadi penyembah anak sapi, padahal baru saja melihat mukjizat tongkat Nabi Musa saat membelah laut merah. Adapun Fir’au dan para bala tentaranya Allah tenggelamkan di laut merah dan bahkan bangkainya Allah selamatkan sampai akhir zaman agar menjadi pelajaran bagi seluruh umat manusia yang lahir setelahnya (QS. Yunus : 90 – 92)

Melalui misteri tongkat Nabi Musa tersebut dapat kita simpulkan, sesulit apapun masalah yang kita hadapi, sebesar apapun tantangan dan hambatan serta perlawanan terhadap upaya kita kembali kepada Islam, kepada sistem Allah dan Rasul-Nya, tidak akan mampu menggagalkan kita, selama kita mampu membebaskan diri, fikiran, hati dan perasaan kita dari belenggu mentalitas materialistik yang sudah menggurita. Pada waktu yang sama kita dituntut pula untuk berhasil mencari muka Allah sehingga Dia sudi bersama kita (ma’iyyatullah).

Orang-orang yang sama tingkat keyakinan mereka dengan Nabi Musa terhadap Kekuasaan dan Kebesaran Allah dan sama tingkat pemahaman mereka terhadap Dzat Allah, mereka bukan hanya mampu menghadapi berbagai kesulitan dan hambatan tersebut dengan tegar dan kokoh, akan tetapi, di tangan mereka juga akan lahir mukjizat-mukjizat atau karomah-karomah besar yang tidak mampu diciptakan oleh teknologi secanggih apapun. Karena Allah bersama mereka, sama halnya dengan Nabi Musa.

Al-Qur’an penuh dengan cerita mukjizat para Nabi dan Rasul. Bahkan Al-Qur’an itu semuanya mukjizat. Allahummar hamna bil Qur’an….

Sumber : eramuslim.com

NABI IDRIS A.S , MANUSIA PERTAMA YANG MENULIS DENGAN PENA



nasihat-nasihat-wali


Karena ketekunannya dalam beribadah dan menuntut  ilmu, Nabi Idris dikurnia oleh Allah S.W.T pengetahuan yang luas dan dalam. Dialah manusia pertama yang menulis dengan pena serta satu-satunya Nabi yang tinggal di Syurga tanpa mengalami kematian.
Nabi Idris lahir di Munaf, sebuah daerah di Mesir. Dia adalah keturunan ke enam Nabi Adam, dari Yazid bin Mihla’iel bin Qinan bin Syits. Beliau merupakan moyang kepada  Nabi Nuh AS. Nabi Syits mengajarkan Idris membaca Shafiah. Allah SWT menurunkan 30 Shahifah kepada Nabi Idris AS yang mempunyai petunjuk untuk disampaikan kepada umatnya (keturunan Qabil yang durhaka kepada Allah).
Idris ketika kecil mempelajari Shafiah dengan tekun, dan kerana kesukaannya membaca itulah, beliau mendapat gelaran sebagai “Idris”, yang ertinya orang yang tekun belajar. Beliau belajar membaca dan menulis tanpa mengenal waktu dan tempat. Beliau menjadi Nabi pertama yang menulis dengan Pena yang diperbuat daripada batu kerikil. Tidak menghairankan apabila Allah menganugerahkan ilmu pengetahuan yang luas.

Beliaulah yang mula-mula pandai ilmu matematik dan ilmu kaji bintang, dan beliau juga merupakan manusia pertama yang merancak kuda, menggunting pakaian yang diperbuat daripada kulit binatang dan menjahitnya.
Dia mempunyai kekuatan yang hebat dan bertabiat sebagai gagah berani, sehingga diberi julukan sebagai “Asadul Usud”, yang bererti Singa dari segala Singa. Dia tidak pernah lalai sedikitpun dari mengingat Allah, walaupun ketika sibuk menghadapi persoalan penting sehari-hari. Hingga Allah memberikan darjat yang tinggi kepadanya.
Seperti Nabi Adam dan Nabi Syits, Nabi Idris juga menerima Wahyu Allah melalui Malaikat Jibril yang mempunyai 30 Shahifah yang berisi petunjuk untuk disampaikan kepada Umatnya. Beliau di utus untuk berdakwah kepada umat keturunan Qabil. Umat ini telah bersikap derhaka kepada Allah. Mereka menimbulkan pelbagai bencana dan kerosakan di muka bumi. Justeru itu,Nabi Idris orang-orang ini diajak salat, puasa dan bersedekah.
Tapi, keturunan Qabil ini tidak ingin mendengar ajakan ke arah kebaikan . Mereka malah menghina dan mengejek Nabi Idris. “Hidup kami sudah selesa, senang dan serba cukup, kenapa engkau mengganggu kami? Tanya beberapa orang penting dari kaum itu.
“Ajaranmu pelik, kami tidak menginginkannya!” sahut yang lain. “Lebih baik engkau hidup sendiri bersama Tuhanmu.”

Begitulah tentangan dakwah Nabi Idris selama puluhan tahun demi menyebarkan ajaran kebenaran. Hanya segelintir orang yang ingin mengikuti ajaran beliau. Sebahagian besar dari mereka lebih suka mengikuti hawa nafsunya sendiri.
Kerana keturunan Qabil semakin menentang ajaran Idris A.S, Allah S.W.T memerintahkan Nabi Idris A.S untuk meninggalkan mereka dan membawa pengikutnya yang setia dan ingin beriman kepada Allah S.W.T untuk menyelamatkan diri. Kerana Allah S.W.T akan menurunkan azab kepada umat yang derhaka itu.
Begitu Nabi Idris A.S dan pengikutnya meninggalkan negeri itu, datanglah azab yang dijanjikan oleh Allah S.W.T. seperti pertanian musnah dan tidak subur, ternakan mati, akhirnya umat yang sesat itupun mati bergelimpangan kerana kelaparan.
Sebaliknya, Nabi Idris dan orang-orang beriman yang mengikutinya diselamatkan oleh Allah S.W.T dari bencana yang mengerikan itu.

Bersambung …
Gambar: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0mVYfhUNyevDH5Kt1DxP7Mtotd2OyXifSSdIn8CCXTsuyFU_cG4k0dfyfpTThtYsIoTFfDlJ1gmf5PG-FcLVHYo3928fEQFEUhoOyB2wHGNmkkfNlr4O_ITB7XP6YqDza2t_XiHzIUOTB/s320/petuah.gif

Monday, 29 August 2011

SOAL MALAIKAT MUNKAR NAKIR DAN AZAB/NIKMAT ALAM KUBUR




SOAL MALAIKAT MUNKAR NAKIR DAN AZAB/NIKMAT ALAM KUBUR
قَالَ مُصَنِّفُ رحمه الله تعالى وَنَفَعَناَ الله بِهِ فِى الدَّاريْن آمين؛
MASALAH PERTANYAAN MALAIKAT MUNKAR DAN NAKIR,AZAB DAN NIKMAT ALAM KUBUR.
"Pertanyaan malaikat kepada kita kemudian azab kubur serta nikmatnya adalah wajib seperti juga hari pembangkitan dipadang mahsyar"
(cf: Jauharatut Tauhid – Syeikh Ibrahim Laqqani / Al-Bajuri / Matan Sanusi)

1.0 PENGENALAN
Pertanyaan Munkar dan Nakir kepada kita sekalian, iaitu umat yang menerima dakwah, sama ada mukmin, munafik mahupun kafir adalah wajib. Akan tetapi terdapat juga qaul seperti qaul Ibnu Abdil Bar yang mana dia menyatakan bahawa orang kafir tidak ditanya, hanya orang mukmin dan munafik sahaja kerana terhubungnya mereka kepada Islam menurut zahimya (; sila rujuk kitabnya iaitu At-Tahmid). Namun, pendapat jumhur ulama menyalahi qaul ini.

2.0 SIFAT ATAU CIRI MALAIKAT PENANYA YANG DATANG

Kedua-dua malaikat yang datang untuk menjalankan pertanyaan di dalam kubur itu dinamakan dengan Munkar Nakir. Sebabnya kerana kedua-duanya mendatangi orang mati dengan rupa yang sangat tercela (munkarah). Sifat kedua-dua malaikat itu berdasarkan keterangan hadith adalah
· Bewarna hitam kebiru-biruan,
· Kedua-dua matanya seperti periuk tembaga, dan pada riwayat yang lain seperti kilat, serta
· suara keduanya bagaikan petir yang mana jika keduanya berbicara maka keluarlah api dari mulutnya.
· Pada tangan tiap-tiap dari keduanya terdapat gada atau palu besi yang mana seandainya dipukulkan gada atau palu itu pada gunung nescaya hancur gunung itu.
Dalam satu riwayat yang lain pula diterangkan bahawa pada tangan kedua-kedua malaikat itu terdapat tongkat kecil dari besi (mirzabah) yang mana seandainya semua penduduk Mina berkumpul untuk mengangkatnya nescaya tidaklah mereka dapat mengangkatnya.
Kedua-dua malaikat itu mendatangi orang-orang mukmin dengan baik dan akan berkata kepada siapa yang telah beroleh taufik untuk menjawabnya dengan betul, dengan ucapan:
"Tidurlah engkau sebagai-mana tidurnya pengantin !".
Sebaliknya, terhadap orang-orang munafik dan kafir, kedua malaikat itu akan membentak.
Satu pendapat mengatakan bahawa orang mukmin yang diberi taufik itu, malaikat yang datang kepadanya bemama Mubassyar dan Basyir; manakala orang kafir dan mukmin yang berbuat maksiat, malaikat yang datang kepadanya bemamaMunkar dan Nakir. Ada juga yang menyatakan bahawa bersama kedua malaikat ini ada satu malaikat yang lain lagi iaitu yang namanya adalah Nakur. Juga, ada juga yang menyatakan bahawa sebelum kedua malaikat ini datang maka akan datang satu malaikat yang bemama Ruman. Keterangan mengenai Ruman ini tidak dapat diterima kerana hadithnya adalah maudhu' (iaitu palsu).

3.0 TURUTAN PERTANYAAN DAN HAL-HAL YANG BERKAITAN
Pertanyaan kedua malaikat itu akan dilaksanakan sesudah sempurna pengkebumian dan ketika orang-orang yang menghantar mayat ke kubur sudah pulang. Dalam satu hadith ada diterangkan bahawa orang yang mati itu akan mendengar hentakan kaki orang yang menghantamya.
"Bahawasanya hamba (الله) itu apabila diletakkan pada kuburnya, dan berpaling daripadanya oleh sahabat-sahabatnya, dan bahawasanya mendengar ia akan derap-derap bunyi kasut-kasut mereka itu (ya'ni bunyi derap kasut sahabat-sahabatnya yang beransur pulang setelah menghadiri pengkembumiannya) apabila datangkan dia oleh dua Malaikat (ya'ni apabila dia didatangi oleh dua Malaikat iaitu Mungkar dan Nakir)."
Mengikut pegangan jumhur ulama’, sesudah sempuma pengkebumian, Tuhan akan mengembalikan roh kepada sekalian badan. Keterangan ini adalah zahir hadith. Syeikhul Islam Ibnu Hajar (رحمه الله تعالى) menyatakan bahawa roh itu akan dikembalikan kepada setengah badan yang paling atas saja.
Maka, dengan keterangan ringkas di atas sudah memadai kita katakan bahawa orang yang berkata bahawa yang ditanya itu adalah badan tanpa roh telah keliru, sebagaimana kelirunya orang yang berkata bahawa yang ditanya adalah roh tanpa badan, kerana roh dan badanlah yang akan ditanya. Akan tetapi, walaupun roh telah kembali ke badan, tidaklah ternafi (atau hilang) sebutan mayat ke atas mayat itu kerana hidupnya ketika itu bukanlah hidup yang sempuma melainkan perkara yang pertengahan antara hidup dan mati, sebagaimana menengahi oleh tidur di antara keduanya (iaitu hidup dan mati itu).
Jadi, dengan keterangan di dalam perenggan di atas tadi, jelaslah bahawa tidak ada sebarang pertentangan dengan keterangan ayat iaitu (Surah Fathir, ayat 22)::

﴿ وَمَا يَسْتَوِي الأَحْيَآءَُ وَلاَ الأَمْوَاتُُ (ج) إِنَّ اللَّهَ يُسْمِعُ مَن يَشَاءُ (صلى) وَمَآ أَنتَ بِمُسْمِعٍ مَّن فِي الْقُبُورِ ﴾
Maksudnya::

"Dan tidaklah sama orang-orang yang hidup dengan orang-orang yang mati. Sesungguhnya (الله) – menurut peraturan kejadian-Nya – dapat menjadikan sesiapa yang dikehendaki-Nya mendengar, dan (engkau wahai Muhammad) tidak dapat menjadikan orang yang di dalam kubur mendengar."
Untuk makluman, ayat ini sering dipetik oleh segolongan sufaha’ (ya’ni golongan bodoh dan kurang berilmu daripada kalangan profesional dan ilmuan agama moden umat Islam) yang menyatakan bahawa bacaan talqin ke atas mayat itu tidak memberi apa-apa faedah kepada si mati. Jika para pembaca sekelian masih ingat, ayat ini saya sudah jelaskan sebelum ini iaitu (dengan keterangan tafsir sebagaimana berikut)::
"Dan (demikianlah pula) tidaklah sama orang-orang yang hidup (ya'ni orang-orang yang hidup hatinya dengan iman) dengan orang-orang yang mati (ya'ni orang-orang yang mati hatinya disebabkan sikapnya tetap degil di dalam kekufurannya). Sesungguhnya (الله) – menurut peraturan kejadian-Nya – dapat menjadikan sesiapa yang dikehendaki-Nya mendengar (ajaran-ajaran kitab (الله) serta menerimannya), dan (engkau wahai Muhammad)tidak dapat menjadikan orang yang di dalam kubur mendengar (dan menerimanya) (nota:: dari ayat ini hingga ayat 26, memberi semangat kepada junjungan kita Nabi Muhammad (صلى الله عليه وسلم) supaya berjuang terus menegakkan Islam dan jangan menghiraukan tentangan-tentangan orang-orang yang engkar)."
Jelaslah di sini, mereka tidak tahu mentafsirkan dan melakukannya barangkali secara dzahir atau kehendak hati mereka. Murad atau yang dikehendaki dengan (الموتى) dan (من) di sini adalah orang kafir, bukannya orang mati, iaitu kaedah isti'arah (استعاره) di dalam ilmu ushol tafsir. [ Juga, saya merasa amat hairan juga apabila mengenangkan orang berkenaan menyatakan bahawa salah satu bidang ilmu kemahirannya ialah Ushol Tafsir di samping sedemikian banyak lagi ilmu agama yang dikuasainya. Akan tetapi, beliau jelas jahil lagi berdengong dalam medan ini. Maaf kerana bahasa saya ini. Bukanlah tujuan saya untuk merendahkan kredibilitinya tetapi saya semata-mata terpaksa berkeras dengan golongan yang demikian, yang mendabik dada seolah-olah alim berar tetapi zahirnya nampaknya sebenarnya beliau tidak demikian ]
Seterusnya, datanglah kepada mayat itu sebahagian panca indera, akal dan ilmu, yakni sesuatu yang akan menyebabkan dia mengerti terhadap pembicaraan serta menyebabkan dia mudah dalam memberikan jawapan.
Keadaan danpada orang-orang yang ditanya itu berbeza-beza. Di antara mereka ada yang ditanya oleh dua malaikat sekaligus sebagai pemberatan ke atasnya dan ada pula yang ditanya oleh salah satu sahaja daripada keduanya sebagai keringanan ke atasnya.
Ada diterangkan bahawa salah satu dari kedua malaikat itu akan berada di bawah kedua kaki si mayat sedangkan yang lain disebelah kepalanya dan dia akan ditanya satu kali, sedangkan pada hadith Asma' dia akan ditanya tiga kali.
Menurut satu qaul dari Jalaludin as-Sayuti (iaitu Imam Sayuti) bahawa orang yang mukmin ditanya selama 7 hari sedangkan orang yang kafir ditanya selama 40 hari. Dan kedua malaikat tersebut akan menanya setiap orang dengan bahasanya sendiri atas qaul yang sahih. Hal ini juga berkaitan dengan dasar pengambilan melakukan amalan kenduri sunat (dari satu hingga 7 hari) yang saya fikir dilakukan dengan ikhlas oleh sesetengah golongan daripada umat Islam kita di sebelah sini; yang mana hal ini juga dibidaahkan oleh golongan sufaha’ yang saya sebutkan sebelum ini. [ Keterangan berkenaan kenduri sunat ini memerlukan huraian yang berasingan yang mana saya akan lakukan, (ان شاء الله تعالى) di masa akan datang. Saya tidak mahu mencampur adukkan keterangan sehingga huraiannya nanti meleret-leret sehinggakan mencederakan maksud asal rencana atau artikel penjelasan masalah pertanyaan munkar dan nakir dan azab dan nikmat kubur yang menjadi inti utama artikel atau makalah ini. ]
Qaul Imam Sayuti di mana pertanyaan di dalam kubur itu dilakukan dengan bahasa seseorang itu sendiri bersalahan (berbeza) dengan orang yang berkata bahawa pertanyaan itu dengan bahasa Suryani (iaitu bahasa kitab Zabur(psalm)). Oleh sebab itulah maka sebahagian ulama berkata:
"Dan di antara keajaiban sesuatu yang terlihat oleh dua mata bahawa pertanyaan kubur itu menggunakan bahasa Suryani. Telah berfatwa dengan ini qaul oleh guru kita Al-Bulqini dan tidaklah aku ada melihat orang lain mengikuti dengan mata kepala sendiri."
[ Nota, ”ini qaul” yang diitalik dan dihitamkan diatas bermaksud dengan qaul ini iaitu qaul Al-Bulqini. Saya minta maaf kerana saya melakukan terjemahan dari bahasa Arab, bukan masalah bahasa Malaysia. Akhir-akhir ini ada juga pihak yang hendak mencerca saya dengan menjadikan gaya penulisan artikel-artikel agama saya yang kebanyakannya dipetik daripada kitab-kitab Arab yang muktabar, sebagai contoh kelemahan bahasa saya. Saya bukan ulama’, tetapi jangan bermusuhan dengan ulama’ kerana mereka (yang hak) adalah golongan yang dikurniakan kelebihan dapat memberi syafaat di hari pembalasan. Kebanyakan teguran mereka adalah sebab bimbangkan akan orang yang ditegur, bukan sebaliknya. ]
Seseorang mayat itu akan ditanya meskipun bercerai-berai anggota tubuhnya, atau bahagian-bahagian dalam tubuhnya telah dimakan binatang buas. Adalah amat mudah bagi Allah untuk mengembalikan roh mayat itu ke dalam anggota-anggota tubuhnya itu meskipun sudah bercerai-berai kerana kekuasaan Allah itu patut atau layak untuk yang demikian. Jadi hal ini adalah keterangan syara’ bukannya keterangan logik aqal. Terdapat kemungkinan bahawa Allah akan mengembalikannya sebagaimana keadaannya yang asal.
Jika segolongan makhluk mati sekelompok dalam satu waktu dengan ikiim yang berbeza-beza, maka menurut Imam Qurthubi zat kedua malaikat itu boleh saja dibesarkan dia akan mengajak bicara makhluk yang banyak tersebut dengan sekali bicara. Sebaliknya menurut Al-Hafiz as-Suyuti bahawa ada kemungkinan berbilanglah malaikat yang dipersiapkan untuk yang demikian itu, dan Syeikh Hulaimi mengikuti pendapat ini sebagaimana yang disebutkan di dalam kitabnya iaitu Al-Manaahij:
"Dan yang menyerupai pendapat tersebut adalah bahawa malaikatus soal itu merupakan satu kelompok yang besar dimana sebahagiannya dinamakan Munkar dan yang sebahagiannya lagi dinamakan Nakir, lalu kepada tiap-tiap mayat diutus dua orang saja dari mereka".
Beberapa hadith yang menerangkan tentang kaifiyyat soal jawab adalah berbeza-beza sebagaimana dikatakan oleh Qurthubi. Di antara mereka ada yang ditanya tentang sebahagian iktikadnya dan ada pula yang ditanya tentang seluruh iktikadnya.
Ibnu Abbas (رضى الله عنهما) menyatakan bahawa mereka akan ditanya tentang dua kalimah syahadat; tetapi menurut Ikrimah (iaitu seorang Tabi’i) mereka akan ditanya tentang iman dengan Nabi Muhammad s.a.w. dan tentang urusan tauhid.
Ada riwayat menerangkan bahawa kedua malaikat itu akan berkata:
”Apa engkau katakan pada laki-laki ini (maksudnya Nabi Muhammad)".
Kedua malaikat itu mengatakan demikian tanpa penghormatan dan pengagungankepada orang berkenaan walau apapun jawatannya di dunia. Tujuannya adalah agar dapatlah terlihat perbezaan antara orang yang benar imannya dan orang yang ragu-ragu. Orang yang benar imannya akan memberikan jawapan yang tepat sedangkan orang yang ragu-ragu akan berkata:
"Aku tidak tahu!"
maka celakalah orang itu selama-lamanya.
Pertanyaan ini adalah khusus dengan ummat Muhammad. Tapi ada dikatakan bahawa tiap-tiap Nabi beserta ummatnya adalah seperti itu juga. Pertanyaan inilah yang merupakah ain (iaitu satu bentuk) daripada fitnah kubur. Ada juga dikatakan bahawa fitnah kubur itu adalah keadaan talajjuj (iaitu ragu-ragu) dalam menjawab. Ada juga dikatakan bahawa fitnah kubur itu adalah hadimya iblis di salah satu sudut kubur sambil menunjuk kepada dirinya sendiri serta menuntut dari si mayat agar menjawab bahawa dialah (iaitu iblis sebagai) Tuhan orang yang ditanya ketika malaikat bertanya:
"Siapakah Tuhanmu?".
Pertanyaan kubur ini dikecualikan kepada orang-orang yang telah disesuaikan dalam hadith bahawa tidak adanya pertanyaan dikenakan untuk mereka, iaitu seperti:
1) Para Nabi. Yang hak bahawa mereka iaitu para Nabi tidak akan ditanya. Satu pendapat mengatakan bahawa mereka akan ditanya tentang Jibril dan wahyu yang diturunkan kepada mereka. Yang lebih afdhal dan lebih layak bagi kita ialah soal pertanyaan terhadap junjungan agung para Nabi tidaklah layak untuk dikhilafkan.
2) Shiddiqin yakni orang-orang yang selalu bersifat jujur dan benar di dalam setiap perkataan dan pengkhabaran.
3) Syuhada' yakni mereka yang tergolong mati syahid.
4) Muraabithin yakni mereka yang selalu tekun menjalankan ibadah.
5) Orang-orang yang sebahagian besar waktunya di pergunakan untuk membaca setiap malam, baik dia membacanya ketika tidur atau sebelum tidur akansurah As Sajadah menurut pendapat sebahagian ulama.
6) Orang yang mati dengan sebab taun atau yang selainnya pada zamannya dalam keadaan sabar dan ikhlas.
7) Orang yang meninggal pada malam Jumaat atau siangnya. Untuk pengetahuan, Jumaat itu bermula selepas ’Asr hari Khamis, dan tamat apabila masuk waktu ’Asr hari Jumaat.
Qaul yang rajih (iaitu qaul yang lebih kuat dari segi dalilnya adalah) bahawa selain para nabi dan syuhada' dalam peperangan adalah ditanya dengan pertanyaan yang ringan.
Juga, sebagaimana telah dimantapkan akan qaulnya oleh Jalaludin as Suyuti serta yang para ulama’ besar yang lainnya, bahawa pertanyaan di dalam kubur itu adalah khusus untuk orang-orang mukallaf (sila teliti keterangan mukallaf yang banyak kali sudah saya buat sebelum ini). Dengan anak-anak (iaitu yang belum mukallaf), maka tidaklah mereka akan ditanya.
Juga, tidak ada pertanyaan akan dibuat kepada malaikat. Akan tetapi, soal pertanyaan ke atas jin telah dijelaskan dengan mantap oleh Al-Jalaludin as-Suyuti bahawa adanya pertanyaan pada mereka disebabkan mereka itu terkena juga dengan taklif.
Dan hikmah dari pertanyaan itu adalah menampakkan apa-apa yang telah disembunyikan oleh para hamba di dunia berupa iman, kufur, taat atau maksiat. Maka orang-orang mukmin yang taat akan menjadi kebanggaan Allah di hadapan para malaikat dan sebaliknya orang-orang yang selain mereka akan dibuka pekong dan kesalahannya, juga di hadapan para malaikat.

4.0 PENUTUP
Keterangan berkenaan masalah ini akan dihuraikan lagi dalam bahagian yang akan datang. (ان شاء الله تعالى). Juga, banyak ayat dan hadits, saya tidak kemukakan matannya untuk cepat menulis. (ان شاء الله تعالى) saya akan berikan pada masa akan datang.
Sebelum menutup kalam kali ini, suka saya mendatangkan satu riwayat yang menerangkan bahawa (الله سبحانه وتعالى) pemah mewahyukan kepada Musa (عليه السلام):
"Pelajarilah kebaikan dan ajarkan dia kepada manusia ! Maka sesungguhnya Aku akan menyinari bagi pengajar dan penuntut ilmu akan kubur-kubur mereka sehingga tidaklah mereka merasa kesepian pada tempat mereka itu".
Dan satu riwayat dari Umar (رضى الله عنه) menyebutkan bahawa:
"Barangsiapa yang memberikan lampu penerang pada masjid-masjid Allah maka Allah akan member! pula baginya lampu penerang di dalam kuburnya. "
(Sumber:Roudhah.Net)

SOLAT HARI RAYA



PANDUAN / TATACARA SOLAT AIDILFITRI LENGKAP MENGIKUT SUNNAH
NABI S.A.W
Waktu untuk mengerjakan solat Aidil Fitri adalah setelah terbitnya matahari setinggi tombak sehingga tergelincirnya matahari iaitu waktu dhuha. Disunnahkan untuk melewatkan solat Aidil Fitri agar memberikan kesempatan mereka yang belum menunaikan zakat fitrah untuk menyempurnakannya.
1 – Tidak ada solat sunat sebelum dan sesudah Solat Aidil Fitri.
Dari Ibnu `Abbas bahawasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar pada Aidil Fitri kemudian solat dua rakaat dan tidak solat sebelumnya dan tidak pula sesudahnya.
(hadis riwayat Imam al-Bukhari di dalam Shahih al-Bukhari, Kitab al-`Iedaini, hadis no: 989)
Hanya sahaja di Malaysia ini solat Aidil Fitri dikerjakan di masjid-masjid. Maka perlu untuk dilaksanakan solat Tahiyat al-Masjid kerana secara umumnya setiap kali seseorang masuk ke dalam masjid adalah disyari’atkan untuk dikerjakan solat sunat dua rakaat Tahiyat al-Masjid. Ini adalah sebagaimana sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam:
Apabila salah seorang di antara kamu masuk masjid, hendaklah dia rukuk (solat) dua rakaat sebelum duduk.
(Hadis riwayat Imam al-Bukhari dalam Shahih al-Bukhari, Kitab al-Sholah, hadis no: 444)

2 – Tidak ada azan atau iqamah mahupun apa-apa ucapan sebelum solat Aidil Fitri. Dari Ibnu `Abbas radhiallahu ‘anh: Bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan solat `Ied tanpa azan dan tanpa iqamah.
(Hadis riwayat Imam Abu Dawud di dalam Sunan Abu Daud, Kitab al-Sholah, hadis no: 968)
Namun untuk kemaslahatan umum, dibolehkan membuat pengumuman ringkas untuk memberi tahu para hadirin bahawa solat Aidil Fitri berjamaah akan bermula, agar mereka dapat bangun dan mula menyusun saf, lebih-lebih di tempat solat yang luas dimana kedudukan imam tidak dapat dilihat.
3 – Jumlah rakaat solat Aidil Fitri adalah dua.
Dari Ibnu `Abbas radhiallahu ‘anh dia berkata: Bahawasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar pada Aidil Fitri kemudian solat dua rakaat…
(Hadis riwayat Imam al-Bukhari di dalam Shahih al-Bukhari, Kitab al-`Iedaini, hadis no: 989)
4 – Terdapat tambahan takbir di dalam solat Aidil Fitri.
Dari `Aisyah (radhiallahu ‘anha), dia berkata: “Bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa bertakbir pada solat Aidil Fitri dan aidil Adha, pada rakaat pertama tujuh kali takbir dan pada rakaat kedua lima kali takbir, selain dari dua takbir rukuk.
- Hadis riwayat Imam Abu Dawud di dalam Sunan Abu Dawud, Kitab al-Sholah, hadis no: 970.
Ada pun tentang jumlah takbir secara keseluruhannya sebelum bacaan al-Fatihah, maka terdapat dua pendapat yang masyhur:
i – Untuk rakaat pertama lapan takbir, iaitu satu Takbiratul Ihram dan tujuh takbir kerana solat Aidil Fitri. 1 + 7 = 8. Untuk rakaat kedua enam takbir, iaitu satu takbir kerana memulai rakaat kedua dan lima takbir kerana solat Aidil Fitri. 1 + 5 = 6.
ii – Untuk rakaat pertama tujuh takbir, iaitu satu Takbiratul Ihram dan enam takbir solat Aidil Fitri. 1 + 6 = 7. Untuk rakaat kedua lima takbir, iaitu satu takbir kerana memulai rakaat kedua dan empat kali takbir solat Aidil Fitri. 1 + 4 = 5.
Kedua-dua pendapat termasuk dalam kategori perbezaan pendapat yang dibenarkan. Boleh memilih salah satu daripadanya atau yang lebih tepat, mengikuti takbir imam solat Aidil Fitri dalam pendapat yang dipilihnya.
5 – Tentang haruskah diangkat tangan atau tidak ketika takbir tersebut, menurut Syaikh Abu Ubaidah Masyhur bin Hassan: Tidak pernah diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahawa baginda mengangkat kedua tangannya ketika takbir pada solat Aidil Fitri (takbir pada rakaat pertama yang berjumlah tujuh kali dan pada rakaat kedua lima kali)…
Hanya sahaja Ibnul Mundzir berkata: “Malik telah berkata bahawa di dalam masalah ini (iaitu angkat atau tidak tangan ketika takbir tersebut) tidak ada sunnah yang dianggap muktamad. Barangsiapa ingin mengangkat kedua tangannya pada waktu takbir tidak mengapa. Namun pendapat pertama (iaitu tidak mengangkat tangan) lebih aku sukai.”
(Syaikh Abu Ubaidah Masyhur bin Hassan, Total Koreksi Ritual Salat, ms. 395-396)
Oleh itu di dalam hal ini bolehlah kita memilih untuk mengangkat atau tidak tangan ketika takbir-takbir tersebut, namun yanglebih hampir kepada sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ialah dengan tidak mengangkatnya. Wallahu’alam.
6 – Mengenai bacaan di antara takbir-takbir tersebut maka Syaikh `Ali Hassan bin `Ali al-Halabi al-Atsari berkata: Tidak ada hadis yang sahih yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengenai doa tertentu yang dibaca di antara takbir-takbir solat Aidil Fitri, tetapi telah ditetapkan dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anh bahawasanya dia berkata mengenai solat Aidil Fitri: “Di antara dua takbir dipanjatkan pujian kepada Allah ‘Azza wa Jalla sekaligus sanjungan ke atasNya.”
(Syaikh `Ali Hassan bin `Ali al-Halabi al-Atsari, Meneladani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam Dalam Berhari Raya, ms. 61)
Menurut Imam Ahmad dan Imam al-Syafi’i rahimahumallah sunat di antara dua takbir itu membaca zikir seperti:
“Subhanallah, walhamdulillah, wa la ilaha illallah, wallahu akbar”.
(Dinukil darpada kitab Fikih Sunnah, karya Syaikh Sayyid Sabiq (edisi terjemahan oleh Mahyuddin Syaf, Victory Agencie, Kuala Lumpur, 1990) jilid 2, ms. 286)
7 – Tentang surah-surah yang dibacakan baginda shallallahu ‘alaihi wasallam setelah membaca al-Fatihah, Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah telah berkata: Diriwayatkan secara sahih dari bacaan pertama surah Qaf dan surah al-Qamar dan bacaan kedua surah al-A’laa dan al-Ghaasyiah, dan hanya inilah riwayat yang sahih dari beliau tentang bacaan itu (iaitu pada solat Aidil Fitri).
(Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Zaadul Ma’ad, ms. 49)
8 – Apabila seseorang tidak dapat turut serta untuk solat Aidil Fitri bersama secara berjemaah maka hendaklah dia solat dua rakaat secara sendiri. Di dalam Shahih al-Bukhari terdapat sebuah riwayat dari Atha’ bahawa dia berkata:
Jika seseorang terlewatkan (tidak mendapatkan) solat Hari Raya, maka hendaklah dia solat dua rakaat.
(Hadis riwayat Imam al-Bukhari di dalam Shahih al-Bukhari, Kitab al-`Iedaini, Bab Apabila Seseorang Tidak Mendapatkan Solat `Ied, Maka Hendaklah Dia Melaksanakan Solat Dua Rakaat).
HUKUM SOLAT HARI RAYA
Berkata Ibn Taimiyah rahimahullah: Solat Hari Raya hukumnya fardu ‘ain bagi setiap individu sebagaimana ucapan Abu Hanifah (Lihat: Hasyiyah Ibnu Abidin. 2/166) dan selain beliau. Ia juga pendapat Imam Syafie dan salah satu dari pendapat mazhab Ahmad. (Lihat: Majmu Fatawa. 23/161) Pendapat yang menyatakan fardu kifayah tidak berasas. (Lihat: Majmu Fatawa. 23/161)
Nabi sallallahu ‘alaihi wa-sallam tidak pernah meninggalkannya walaupun sekali. Baginda memerintahkan semua manusia mengerjakannya, sehingga para wanita yang merdeka, para gadis pingitan dan wanita haid dianjurkan ke musalla.
(Lihat: Al-Mau’idah al-Hasanah 42-43. Siddiq Hasan Khan Sailul Jarar. 1/315. Syaukani)
“Ummi Atiyah berkata: Rasulullah memerintahkan kami mengeluarkan para wanita merdeka, yang haid dan gadis-gadis pingitan pada Hari Raya Aidil Fitri dan Adha. (dilafaz lain) Keluar ke mussala (tanah lapang). Mereka menyaksikan kebaikan dan dakwah kaum muslimin. Aku berkata: Wahai Rasulullah, salah seorang dari kami tidak mempunyai jilbab? Baginda berkata: (suruh) agar saudaranya meminjamkan jilbabnya!

(H/R Bukhari 324, 351, 971, 974, 980, 981 dan 1652. Muslim. 980. Ahmad. 5/84-85. An-Nasaii. 3/180. Ibnu Majah. 1307 dan at-Turmizi 539)
Perintah di hadis ini menunjukkan perintah yang wajib, kerana diwajibkan ke musalla bermaksud diwajibkan bersolat Hari Raya. Maka dengan demikian solat Hari Raya hukumnya wajib ‘ain, atau yang lebih rajih hukumnya adalah wajib dan bukan sekadar sunnah.
(Lihat: Tamamul Minnah. Hlm. 344. Nasruddin al-Albani)
for more information:

Saturday, 27 August 2011

you jerawat pergi jauh-jauh!!!

 Jerawat adalah masalah anak muda tetapi ia juga melibatkan orang dewasa. Jerawat terjadi bila kelenjar minyak mengeluarkan terlalu banyak minyak dan sebum di kulit terutamanya di muka , dada dan belakang iaitu kawasan yang mempunyai banyak bulu roma.


Liang minyak yang tersumbat akan menjadi bintik putih jika ia terjadi di bawah kulit atau bintik hitam jika di lapisan luar kulit. Kulit akan menjadi kemerahan jika radang terbentuk di sekeliling liang tersebut.

Lebih besar kawasan radang lebih mudah terbentuk nanah dan akan meninggalkan parut jerawat jika tiada perawatan dan ubat yang sesuai. Menghilangkan parut jerawat lebih sukar bila perawatan diabaikan.
Wajah muka yang penuh dengan parut jerawat sudah tentu menghilangkan seri dan keyakinan diri.

Punca jerawat   :-(
Faktor hormon terutama untuk perempuan dalam lingkungan umur subur adalah punca utama masalah jerawat. Majoritinya adalah dalam belasan tahun dan awal 20 'an.
Faktor seperti ahli keluarga yang banyak jerawat juga memainkan peranan.
Penggunaan pil perancang, ubat steroid, vitamin B12.
Kosmetik, pakaian yang ketat atau apa saja yang menutup liang minyak memberi masalah jerawat di kulit.
Sesetengah dari jerawat timbul dari ketegangan dan stress emosi yang dihadapi setiap hari. Ini mungkin dari penghasilan minyak dan sebum dikulit yang bertambah.
Terdedah kepada asap dan bahan kimia atau faktor alam sekitar seperti cuaca panas.

     


Terdapat beberapa cara untuk menghilangkan bekas jerawat yang nak share ngan korang ni. Korang try la, InsyaAllah parut akan berkurangan dan hilang. Ada banyak tips ni korang boleh la try satu-satu dan tengok yang mana sesuai dan berkesan untuk korang.
Campurkan madu dan bedak sejuk kemudian sapu di parut jerawat anda.
Ambil sepotong ubi kayu dan kupas kulitnya. Buangkan kulitnya. Kemudian bersihkan dan parutkan ubi kayu tersebut.Selepas itu perah untuk dapatkan airnya. Sapu air tersebut pada bekas jerawat anda.
Campurkan madu lebah dengan kulit kayu manis yang telah di asah. Sapu di muka yang berparut pada waktu malam. Cuci dengan air suam  pada
esoknya. Amalkan 3 kali seminggu .
Ambil 10 helai daun sireh dan tumbuk daun tersebut. Kemudian sapu pada tempat berparut. Cuci setelah ianya kering.
Kisarkan timun dan tapis airnya. Hampas timun tersebut sapukan di muka anda. Selepas setengah jam, cuci dengan air suam.
Perah buah lemon untuk mendapatkan jusnya. Lumurkan jus lemon tersebut ke muka 2 kali sehari dan minum jus lemon 1 kali sehari.
Gunakan daun lidah buaya.
Ambil jelnya sahaja dan lumurkan pada kawasan berparut. Bilas dengan air suam setelah kering. Jelnya juga boleh di buat jus dan minum 1 kali sehari.

Selain itu, terdapat juga beberapa tips bagi mengelakkan daripada pembentukan jerawat.


Lakukan pencucian muka dua kali sehari dengan jenis sabun pencuci muka yang bertektur lembut dan membersih secara mendalam. Jika boleh pilihlah jenis sabun pencuci muka yang tidak terlalu mengeringkan dan boleh menghidratkan kulit.
Anda juga adalah dilarang untuk memicit kulit anda yang mempunyai jerawat ataupun sebarang bintik, nodul ataupun sebarang pertumbuhan baru yang tidak diperlukan pada kulit anda. Sebaliknya jumpalah pakar kulit yang bertauliah atau pakar dermatogi di klinik dan hospital pakar untuk menyelesaikan perkara tersebut. Memicit kulit yang mempunyai jerawat bukan sahaja tidak elok pada kulit tetapi akan memburukkan lagi keadaan kulit anda sekiranya berlaku jangkitan!
Penggunaan pencuci wajah juga adalah digalakkan namun penggunaannya mestilah sesuai dengan kulit. Penggunaan pencuci wajah adalah bertujuan untuk membuang lebihan sebum yang tersumbat dalam liang Pori, selain membuang bintik hitam dan bintik putih serta sel kulit mati. Namun perlu ditegaskan bahawa anda hanya perlu menggunakan skrub wajah 1 hingga 2 kali seminggu sahaja atau 1 dalam masa 2 minggu bagi mereka yang kurang terdedah dengan aktiviti luar dan pancaran cahaya matahari. Penggunaan pencuci wajah yang lebih dari kadar yang disyorkan adalah amat merbahaya pada kulit khususnya pada kulit sensitive. Sila gunakan pencuci wajah yang mempunyai butiran yang tidak kasar malah lembut pada kulit.
Sebanyak mana yang boleh, anda mestilah mengelakkan kulit muka anda daripada terkena cahaya matahari secara berterusan. Kulit akan mudah menjadi kering jika anda terkena cahaya matahari secara berterusan. Walaupun anda terdedah dengan cahaya matahari pada kadar yang sedikit.


THANK U DEAR

 

Terima Kasih Semua