say welcome
WELCOME TO MY WORLD
Sunday, 20 November 2011
Friday, 2 September 2011
misteri tongkat Nabi Musa A.S , kisah terbelahnya Laut Merah
“Dan (ingatlah), ketika kami belah laut untukmu, lalu kami
selamatkan kamu dan kami tenggelamkan (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya sedang
kamu sendiri menyaksikan (QS 2:50).Dan kami memungkinkan Bani Israil melintasi
laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, Karena hendak
menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir’aun itu Telah hampir
tenggelam berkatalah dia: “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan
yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah
diri (kepada Allah)” (QS 10:90).Dan Sesungguhnya Telah kami wahyukan kepada
Musa: “Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, Maka
buatlah untuk mereka jalan yang kering dilaut itu[933], kamu tak usah khawatir
akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam)”. (QS 20:77)Maka Fir’aun
dengan bala tentaranya mengejar mereka, lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan
mereka. (QS 20:78)Lalu kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan
tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti
gunung yang besar.” (QS 26:63)
Anda mungkin masih ingat dengan
kisah Nabi Musa yang bersama kaumnya diperintahkan oleh Allah untuk
meninggalkan Mesir. Ketika telah sampai di tepi Laut Merah, Allah memerintahkan
Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya hingga laut luas yang berada di hadapan
mereka terbelah membentuk jalan dengan dua dinding air yang tinggi. Pernahkah
anda membayangkan betapa dahsyatnya kejadian tersebut?
Tongkat Nabi Musa adalah sebuah
tongkat yang biasa dipakai oleh manusia di zamannya dan juga di zaman kita
sekarang. Bahkan menurut Nabi Musa sendiri ketika ditanya Allah, tongkat
itu hanya untuk membantu ia berjalan dan mengembalakan binatang ternaknya.
Pertanyaannya ialah, mengapa tongkat tersebut tiba-tiba bisa menjadi ular besar
yang siap menelan ular-ular hipnotisnya para tukang sihir dan setelah itu bisa
kembali menjadi tongkat biasa? (QS. Thaha : 17 – 21)
Yang lebih dahsyat lagi,
tongkat Musa dapat mengeluarkan 12 mata air setelah dipukulkan ke sebuah batu
besar (QS. Al-Baqarah : 60 dan Al-A’raf : 160). Apakah itu bukan peristiwa yang
sangat luar biasa hanya dengan alat dan sarana yang biasa-biasa saja? Kenapa di
tangan kita tongkat seperti itu tidak melahirkan sesuatu yang melebihi
fungsinya? Ada yang lebih sangat dahsyat lagi dari itu, yakni ketika Musa dan
pengikutnya sedang berhadap-hadapan dengan Fir’aun dan pasukannya di pinggir
laut merah. Pengikut Musa meyakini bahwa mereka, Fir’aun dan pasukannya akan
berhasil menangkap mereka, karena secara nyata dan kasat mata di hadapan mereka
laut merah sedangkan mereka tidak memiliki perahu atau kapal untuk melarikan
diri dari kejaran Fir’aun tersebut. Namun, Nabi Musa berkeyakinan dan
berpendapat lain sambil berkata : "Tidak mungkin… Sesungguhnya
bersama saya ada Allah, Dia pasti menunjukkan jalan keluarnya" (QS
As-Syu’ara’ : 61 -62).
Endingnya ternyata persis
seperti keyakinan dan pandangan Nabi Musa, bukan seperti keyakinan dan pendapat
pengikutnya. Lagi-lagi, tongkat Nabi Musa yang sederhana itu bisa membelah laut
merah, sehingga mereka bisa melarikan diri di tengah lautan tanpa perlu adanya
perahu layar atau kapal. Yang lebih mengagumkan lagi, Musa dan pengikutnya
lolos menyeberangi laut merah, sementara Fir’aun dan pasukannya tenggelam dan
tamatlah riwayat mereka. (QS. As-Syu’ara’ : 63 – 66).
Kalau kita cermati dengan baik,
kesulitan, hambatan, persoalan, tantangan dan bahkan resiko yang dihadapi oleh
saudara kita di awal tulisan ini (dan siapa saja yang ingin kembali kepada
sistem ekonomi Allah dan Rasul-Nya, dan juga sistem-sitem Islam lainnya), mirip
dengan apa yang dihadapi oleh manusia di zaman Nabi Musa. Demikian juga,
karakter manusia, baik di zaman Nabi Musa ataupuin di zaman sekarang, dalam
menerima atau mensikapi ajaran atau wahyu Allah terbagi kepada tiga golongan.
Pertama, yang meyakini dan memahaminya (wahyu Allah) seperti Nabi Musa. Kedua,
yang ragu-ragu seperti pengikut Nabi Musa. Ketiga yang mengingkari dan
memeranginya, seperti Fir’aun dan pasukannya.
Dalam fakta dan akhir episode
kehidupannya, ketiga golongan tersebut juga berbeda-beda. Musa, dengan tongkat
yang sederhana dan biasa-biasa saja, dengan kehendak Allah jua, mampu
melahirkan mukjizat-mukjizat yang tidak akan mampu dilahirkan oleh teknologi
secanggih apapun. Pengikutnya yang ragu-ragu akan kebesaran dan kekuasaan
Allah, di antaranya disebabkan virus materialisame yang sudah menggerogoti otak
dan jantung mereka, tetap saja menjadi bangsa budak, tersesat di padang Tiin
dan bahkan kembali menjadi penyembah anak sapi, padahal baru saja melihat
mukjizat tongkat Nabi Musa saat membelah laut merah. Adapun Fir’au dan para
bala tentaranya Allah tenggelamkan di laut merah dan bahkan bangkainya Allah
selamatkan sampai akhir zaman agar menjadi pelajaran bagi seluruh umat manusia
yang lahir setelahnya (QS. Yunus : 90 – 92)
Melalui misteri tongkat Nabi
Musa tersebut dapat kita simpulkan, sesulit apapun masalah yang kita hadapi,
sebesar apapun tantangan dan hambatan serta perlawanan terhadap upaya kita
kembali kepada Islam, kepada sistem Allah dan Rasul-Nya, tidak akan mampu
menggagalkan kita, selama kita mampu membebaskan diri, fikiran, hati dan
perasaan kita dari belenggu mentalitas materialistik yang sudah menggurita.
Pada waktu yang sama kita dituntut pula untuk berhasil mencari muka Allah
sehingga Dia sudi bersama kita (ma’iyyatullah).
Orang-orang yang sama tingkat
keyakinan mereka dengan Nabi Musa terhadap Kekuasaan dan Kebesaran Allah dan
sama tingkat pemahaman mereka terhadap Dzat Allah, mereka bukan hanya mampu
menghadapi berbagai kesulitan dan hambatan tersebut dengan tegar dan kokoh,
akan tetapi, di tangan mereka juga akan lahir mukjizat-mukjizat atau
karomah-karomah besar yang tidak mampu diciptakan oleh teknologi secanggih
apapun. Karena Allah bersama mereka, sama halnya dengan Nabi Musa.
Al-Qur’an penuh dengan cerita
mukjizat para Nabi dan Rasul. Bahkan Al-Qur’an itu semuanya mukjizat. Allahummar
hamna bil Qur’an….
Sumber : eramuslim.com
NABI IDRIS A.S , MANUSIA PERTAMA YANG MENULIS DENGAN PENA
Karena
ketekunannya dalam beribadah dan menuntut ilmu, Nabi Idris dikurnia oleh
Allah S.W.T pengetahuan yang luas dan dalam. Dialah manusia pertama yang
menulis dengan pena serta satu-satunya Nabi yang tinggal di Syurga tanpa
mengalami kematian.
Nabi
Idris lahir di Munaf, sebuah daerah di Mesir. Dia adalah keturunan ke enam Nabi
Adam, dari Yazid bin Mihla’iel bin Qinan bin Syits. Beliau merupakan moyang
kepada Nabi Nuh AS. Nabi Syits mengajarkan Idris membaca
Shafiah. Allah SWT menurunkan 30 Shahifah kepada Nabi Idris AS yang mempunyai
petunjuk untuk disampaikan kepada umatnya (keturunan Qabil yang durhaka kepada
Allah).
Idris
ketika kecil mempelajari Shafiah dengan tekun, dan kerana kesukaannya membaca
itulah, beliau mendapat gelaran sebagai “Idris”, yang ertinya orang yang tekun
belajar. Beliau belajar membaca dan menulis tanpa mengenal waktu dan tempat.
Beliau menjadi Nabi pertama yang menulis dengan Pena yang diperbuat daripada
batu kerikil. Tidak menghairankan apabila Allah menganugerahkan ilmu pengetahuan
yang luas.
Beliaulah
yang mula-mula pandai ilmu matematik dan ilmu kaji bintang, dan beliau juga
merupakan manusia pertama yang merancak kuda, menggunting pakaian yang
diperbuat daripada kulit binatang dan menjahitnya.
Dia
mempunyai kekuatan yang hebat dan bertabiat sebagai gagah berani, sehingga
diberi julukan sebagai “Asadul Usud”, yang bererti Singa dari segala Singa. Dia
tidak pernah lalai sedikitpun dari mengingat Allah, walaupun ketika sibuk
menghadapi persoalan penting sehari-hari. Hingga Allah memberikan darjat yang
tinggi kepadanya.
Seperti
Nabi Adam dan Nabi Syits, Nabi Idris juga menerima Wahyu Allah melalui Malaikat
Jibril yang mempunyai 30 Shahifah yang berisi petunjuk untuk disampaikan kepada
Umatnya. Beliau di utus untuk berdakwah kepada umat keturunan Qabil. Umat ini
telah bersikap derhaka kepada Allah. Mereka menimbulkan pelbagai bencana dan
kerosakan di muka bumi. Justeru itu,Nabi Idris orang-orang ini diajak salat,
puasa dan bersedekah.
Tapi,
keturunan Qabil ini tidak ingin mendengar ajakan ke arah kebaikan . Mereka
malah menghina dan mengejek Nabi Idris. “Hidup kami sudah selesa, senang dan
serba cukup, kenapa engkau mengganggu kami? Tanya beberapa orang penting dari
kaum itu.
“Ajaranmu
pelik, kami tidak menginginkannya!” sahut yang lain. “Lebih baik engkau hidup
sendiri bersama Tuhanmu.”
Begitulah
tentangan dakwah Nabi Idris selama puluhan tahun demi menyebarkan ajaran
kebenaran. Hanya segelintir orang yang ingin mengikuti ajaran beliau.
Sebahagian besar dari mereka lebih suka mengikuti hawa nafsunya sendiri.
Kerana
keturunan Qabil semakin menentang ajaran Idris A.S, Allah S.W.T memerintahkan
Nabi Idris A.S untuk meninggalkan mereka dan membawa pengikutnya yang setia dan
ingin beriman kepada Allah S.W.T untuk menyelamatkan diri. Kerana Allah S.W.T
akan menurunkan azab kepada umat yang derhaka itu.
Begitu
Nabi Idris A.S dan pengikutnya meninggalkan negeri itu, datanglah azab yang
dijanjikan oleh Allah S.W.T. seperti pertanian musnah dan tidak subur, ternakan
mati, akhirnya umat yang sesat itupun mati bergelimpangan kerana kelaparan.
Sebaliknya,
Nabi Idris dan orang-orang beriman yang mengikutinya diselamatkan oleh Allah
S.W.T dari bencana yang mengerikan itu.
Bersambung …
Bersambung …
Gambar:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0mVYfhUNyevDH5Kt1DxP7Mtotd2OyXifSSdIn8CCXTsuyFU_cG4k0dfyfpTThtYsIoTFfDlJ1gmf5PG-FcLVHYo3928fEQFEUhoOyB2wHGNmkkfNlr4O_ITB7XP6YqDza2t_XiHzIUOTB/s320/petuah.gif
Monday, 29 August 2011
SOAL MALAIKAT MUNKAR NAKIR DAN AZAB/NIKMAT ALAM KUBUR
sumber
dari:http://sgtv-mommies-club.blogspot.com/
SOAL
MALAIKAT MUNKAR NAKIR DAN AZAB/NIKMAT ALAM KUBUR
قَالَ مُصَنِّفُ رحمه الله تعالى وَنَفَعَناَ الله بِهِ فِى الدَّاريْن آمين؛
MASALAH
PERTANYAAN MALAIKAT MUNKAR DAN NAKIR,AZAB DAN NIKMAT ALAM KUBUR.
"Pertanyaan
malaikat kepada kita kemudian azab kubur serta nikmatnya adalah wajib seperti
juga hari pembangkitan dipadang mahsyar"
(cf: Jauharatut
Tauhid – Syeikh Ibrahim Laqqani / Al-Bajuri / Matan Sanusi)
1.0 PENGENALAN
Pertanyaan
Munkar dan Nakir kepada kita sekalian, iaitu umat yang menerima dakwah, sama
ada mukmin, munafik mahupun kafir adalah wajib. Akan tetapi terdapat juga
qaul seperti qaul Ibnu Abdil Bar yang mana dia menyatakan bahawa
orang kafir tidak ditanya, hanya orang mukmin dan munafik sahaja kerana
terhubungnya mereka kepada Islam menurut zahimya (; sila rujuk kitabnya
iaitu At-Tahmid). Namun, pendapat jumhur ulama menyalahi qaul
ini.
2.0 SIFAT
ATAU CIRI MALAIKAT PENANYA YANG DATANG
Kedua-dua
malaikat yang datang untuk menjalankan pertanyaan di dalam kubur itu dinamakan
dengan Munkar Nakir. Sebabnya kerana kedua-duanya mendatangi orang mati
dengan rupa yang sangat tercela (munkarah). Sifat kedua-dua malaikat itu
berdasarkan keterangan hadith adalah
· Bewarna
hitam kebiru-biruan,
· Kedua-dua
matanya seperti periuk tembaga, dan pada riwayat yang lain seperti kilat, serta
· suara
keduanya bagaikan petir yang mana jika keduanya berbicara maka keluarlah api
dari mulutnya.
· Pada
tangan tiap-tiap dari keduanya terdapat gada atau palu besi yang mana
seandainya dipukulkan gada atau palu itu pada gunung nescaya hancur gunung itu.
Dalam
satu riwayat yang lain pula diterangkan bahawa pada tangan kedua-kedua malaikat
itu terdapat tongkat kecil dari besi (mirzabah) yang mana seandainya
semua penduduk Mina berkumpul untuk mengangkatnya nescaya tidaklah mereka dapat
mengangkatnya.
Kedua-dua
malaikat itu mendatangi orang-orang mukmin dengan baik dan akan
berkata kepada siapa yang telah beroleh taufik untuk menjawabnya dengan betul,
dengan ucapan:
"Tidurlah
engkau sebagai-mana tidurnya pengantin !".
Sebaliknya,
terhadap orang-orang munafik dan kafir, kedua malaikat itu akan
membentak.
Satu
pendapat mengatakan bahawa orang mukmin yang diberi taufik itu, malaikat yang
datang kepadanya bemama Mubassyar dan Basyir; manakala
orang kafir dan mukmin yang berbuat maksiat, malaikat yang datang kepadanya
bemamaMunkar dan Nakir. Ada
juga yang menyatakan bahawa bersama kedua malaikat ini ada satu
malaikat yang lain lagi iaitu yang namanya adalah Nakur. Juga, ada juga
yang menyatakan bahawa sebelum kedua malaikat ini datang maka akan
datang satu malaikat yang bemama Ruman. Keterangan mengenai Ruman ini
tidak dapat diterima kerana hadithnya adalah maudhu' (iaitu palsu).
3.0 TURUTAN
PERTANYAAN DAN HAL-HAL YANG BERKAITAN
Pertanyaan
kedua malaikat itu akan dilaksanakan sesudah sempurna pengkebumian dan ketika
orang-orang yang menghantar mayat ke kubur sudah pulang. Dalam satu hadith ada
diterangkan bahawa orang yang mati itu akan mendengar hentakan kaki orang yang
menghantamya.
"Bahawasanya
hamba (الله) itu
apabila diletakkan pada kuburnya, dan berpaling daripadanya oleh
sahabat-sahabatnya, dan bahawasanya mendengar ia akan derap-derap
bunyi kasut-kasut mereka itu (ya'ni bunyi derap kasut sahabat-sahabatnya yang
beransur pulang setelah menghadiri pengkembumiannya) apabila datangkan dia oleh
dua Malaikat (ya'ni apabila dia didatangi oleh dua Malaikat iaitu Mungkar dan
Nakir)."
Mengikut
pegangan jumhur ulama’, sesudah sempuma pengkebumian, Tuhan akan mengembalikan
roh kepada sekalian badan. Keterangan ini adalah zahir hadith. Syeikhul
Islam Ibnu Hajar (رحمه الله تعالى)
menyatakan bahawa roh itu akan dikembalikan kepada setengah badan yang paling
atas saja.
Maka,
dengan keterangan ringkas di atas sudah memadai kita katakan bahawa orang yang
berkata bahawa yang ditanya itu adalah badan tanpa roh telah keliru, sebagaimana
kelirunya orang yang berkata bahawa yang ditanya adalah roh tanpa badan, kerana
roh dan badanlah yang akan ditanya. Akan tetapi, walaupun roh telah kembali ke
badan, tidaklah ternafi (atau hilang) sebutan mayat ke atas mayat itu kerana
hidupnya ketika itu bukanlah hidup yang sempuma melainkan perkara yang
pertengahan antara hidup dan mati, sebagaimana menengahi oleh tidur di antara
keduanya (iaitu hidup dan mati itu).
Jadi,
dengan keterangan di dalam perenggan di atas tadi, jelaslah bahawa tidak ada
sebarang pertentangan dengan keterangan ayat iaitu (Surah Fathir, ayat
22)::
﴿ وَمَا يَسْتَوِي الأَحْيَآءَُ وَلاَ
الأَمْوَاتُُ (ج) إِنَّ اللَّهَ يُسْمِعُ مَن يَشَاءُ (صلى) وَمَآ
أَنتَ بِمُسْمِعٍ مَّن فِي الْقُبُورِ ﴾
Maksudnya::
"Dan
tidaklah sama orang-orang yang hidup dengan orang-orang yang mati. Sesungguhnya
(الله) – menurut peraturan
kejadian-Nya – dapat menjadikan sesiapa yang dikehendaki-Nya mendengar, dan
(engkau wahai Muhammad) tidak dapat menjadikan orang yang di dalam kubur
mendengar."
Untuk
makluman, ayat ini sering dipetik oleh segolongan sufaha’ (ya’ni
golongan bodoh dan kurang berilmu daripada kalangan profesional dan ilmuan
agama moden umat Islam) yang menyatakan bahawa bacaan talqin ke atas mayat
itu tidak memberi apa-apa faedah kepada si mati. Jika para pembaca sekelian
masih ingat, ayat ini saya sudah jelaskan sebelum ini iaitu (dengan keterangan
tafsir sebagaimana berikut)::
"Dan (demikianlah
pula) tidaklah sama orang-orang yang hidup (ya'ni orang-orang
yang hidup hatinya dengan iman) dengan orang-orang yang
mati (ya'ni orang-orang yang mati hatinya disebabkan sikapnya tetap degil
di dalam kekufurannya). Sesungguhnya (الله) – menurut peraturan kejadian-Nya – dapat menjadikan
sesiapa yang dikehendaki-Nya mendengar (ajaran-ajaran kitab (الله) serta menerimannya), dan (engkau wahai
Muhammad)tidak dapat menjadikan orang yang di dalam kubur mendengar (dan
menerimanya) (nota:: dari ayat ini hingga ayat 26, memberi semangat kepada
junjungan kita Nabi Muhammad (صلى الله عليه وسلم) supaya berjuang terus menegakkan Islam dan jangan
menghiraukan tentangan-tentangan orang-orang yang engkar)."
Jelaslah
di sini, mereka tidak tahu mentafsirkan dan melakukannya barangkali secara
dzahir atau kehendak hati mereka. Murad atau yang dikehendaki dengan (الموتى) dan (من) di
sini adalah orang kafir, bukannya orang mati, iaitu kaedah isti'arah (استعاره) di dalam ilmu ushol tafsir. [ Juga, saya merasa amat
hairan juga apabila mengenangkan orang berkenaan menyatakan bahawa salah satu
bidang ilmu kemahirannya ialah Ushol Tafsir di samping sedemikian banyak lagi
ilmu agama yang dikuasainya. Akan tetapi, beliau jelas jahil lagi berdengong
dalam medan
ini. Maaf kerana bahasa saya ini. Bukanlah tujuan saya untuk merendahkan
kredibilitinya tetapi saya semata-mata terpaksa berkeras dengan golongan yang
demikian, yang mendabik dada seolah-olah alim berar tetapi zahirnya nampaknya
sebenarnya beliau tidak demikian ]
Seterusnya,
datanglah kepada mayat itu sebahagian panca indera, akal dan ilmu, yakni
sesuatu yang akan menyebabkan dia mengerti terhadap pembicaraan serta
menyebabkan dia mudah dalam memberikan jawapan.
Keadaan
danpada orang-orang yang ditanya itu berbeza-beza. Di antara mereka ada yang
ditanya oleh dua malaikat sekaligus sebagai pemberatan ke atasnya dan ada pula
yang ditanya oleh salah satu sahaja daripada keduanya sebagai keringanan ke
atasnya.
Ada
diterangkan bahawa salah satu dari kedua malaikat itu akan berada di bawah
kedua kaki si mayat sedangkan yang lain disebelah kepalanya dan dia akan
ditanya satu kali, sedangkan pada hadith Asma' dia akan
ditanya tiga kali.
Menurut
satu qaul dari Jalaludin as-Sayuti (iaitu Imam Sayuti) bahawa orang
yang mukmin ditanya selama 7 hari sedangkan orang yang kafir ditanya selama 40
hari. Dan kedua malaikat tersebut akan menanya setiap orang dengan
bahasanya sendiri atas qaul yang sahih. Hal ini juga berkaitan dengan
dasar pengambilan melakukan amalan kenduri sunat (dari satu hingga 7 hari) yang
saya fikir dilakukan dengan ikhlas oleh sesetengah golongan daripada umat Islam
kita di sebelah sini; yang mana hal ini juga dibidaahkan oleh golongan sufaha’
yang saya sebutkan sebelum ini. [ Keterangan berkenaan kenduri sunat ini
memerlukan huraian yang berasingan yang mana saya akan lakukan, (ان شاء الله تعالى) di
masa akan datang. Saya tidak mahu mencampur adukkan keterangan sehingga
huraiannya nanti meleret-leret sehinggakan mencederakan maksud asal rencana
atau artikel penjelasan masalah pertanyaan munkar dan nakir dan azab dan nikmat
kubur yang menjadi inti utama artikel atau makalah ini. ]
Qaul
Imam Sayuti di mana pertanyaan di dalam kubur itu dilakukan dengan bahasa
seseorang itu sendiri bersalahan (berbeza) dengan orang yang berkata bahawa
pertanyaan itu dengan bahasa Suryani (iaitu bahasa kitab
Zabur(psalm)). Oleh sebab itulah maka sebahagian ulama berkata:
"Dan
di antara keajaiban sesuatu yang terlihat oleh dua mata bahawa pertanyaan kubur
itu menggunakan bahasa Suryani. Telah berfatwa dengan ini qaul oleh
guru kita Al-Bulqini dan tidaklah aku ada melihat orang lain mengikuti dengan
mata kepala sendiri."
[ Nota,
”ini qaul” yang diitalik dan dihitamkan diatas bermaksud dengan qaul ini iaitu
qaul Al-Bulqini. Saya minta maaf kerana saya melakukan terjemahan dari bahasa
Arab, bukan masalah bahasa Malaysia.
Akhir-akhir ini ada juga pihak yang hendak mencerca saya dengan menjadikan gaya penulisan
artikel-artikel agama saya yang kebanyakannya dipetik daripada kitab-kitab Arab
yang muktabar, sebagai contoh kelemahan bahasa saya. Saya bukan ulama’, tetapi
jangan bermusuhan dengan ulama’ kerana mereka (yang hak) adalah golongan yang
dikurniakan kelebihan dapat memberi syafaat di hari pembalasan. Kebanyakan
teguran mereka adalah sebab bimbangkan akan orang yang ditegur, bukan
sebaliknya. ]
Seseorang
mayat itu akan ditanya meskipun bercerai-berai anggota tubuhnya, atau
bahagian-bahagian dalam tubuhnya telah dimakan binatang buas. Adalah amat mudah
bagi Allah untuk mengembalikan roh mayat itu ke dalam anggota-anggota tubuhnya
itu meskipun sudah bercerai-berai kerana kekuasaan Allah itu patut atau layak
untuk yang demikian. Jadi hal ini adalah keterangan syara’ bukannya keterangan
logik aqal. Terdapat kemungkinan bahawa Allah akan mengembalikannya sebagaimana
keadaannya yang asal.
Jika
segolongan makhluk mati sekelompok dalam satu waktu dengan ikiim yang
berbeza-beza, maka menurut Imam Qurthubi zat kedua malaikat itu boleh
saja dibesarkan dia akan mengajak bicara makhluk yang banyak tersebut dengan
sekali bicara. Sebaliknya menurut Al-Hafiz as-Suyuti bahawa ada
kemungkinan berbilanglah malaikat yang dipersiapkan untuk yang demikian itu,
dan Syeikh Hulaimi mengikuti pendapat ini sebagaimana yang disebutkan
di dalam kitabnya iaitu Al-Manaahij:
"Dan
yang menyerupai pendapat tersebut adalah bahawa malaikatus soal itu merupakan
satu kelompok yang besar dimana sebahagiannya dinamakan Munkar dan yang
sebahagiannya lagi dinamakan Nakir, lalu kepada tiap-tiap mayat diutus dua
orang saja dari mereka".
Beberapa
hadith yang menerangkan tentang kaifiyyat soal jawab adalah berbeza-beza sebagaimana
dikatakan oleh Qurthubi. Di antara mereka ada yang ditanya tentang
sebahagian iktikadnya dan ada pula yang ditanya tentang seluruh iktikadnya.
Ibnu
Abbas (رضى الله عنهما)
menyatakan bahawa mereka akan ditanya tentang dua kalimah syahadat; tetapi
menurut Ikrimah (iaitu seorang Tabi’i) mereka akan ditanya tentang
iman dengan Nabi Muhammad s.a.w. dan tentang urusan tauhid.
Ada riwayat menerangkan bahawa kedua malaikat itu akan
berkata:
”Apa
engkau katakan pada laki-laki ini (maksudnya Nabi Muhammad)".
Kedua
malaikat itu mengatakan demikian tanpa penghormatan dan pengagungankepada
orang berkenaan walau apapun jawatannya di dunia. Tujuannya adalah agar
dapatlah terlihat perbezaan antara orang yang benar imannya dan orang yang
ragu-ragu. Orang yang benar imannya akan memberikan jawapan yang tepat
sedangkan orang yang ragu-ragu akan berkata:
"Aku
tidak tahu!"
maka
celakalah orang itu selama-lamanya.
Pertanyaan
ini adalah khusus dengan ummat Muhammad. Tapi ada dikatakan bahawa tiap-tiap
Nabi beserta ummatnya adalah seperti itu juga. Pertanyaan inilah yang
merupakah ain (iaitu satu bentuk) daripada fitnah kubur. Ada juga dikatakan bahawa
fitnah kubur itu adalah keadaan talajjuj (iaitu ragu-ragu) dalam
menjawab. Ada
juga dikatakan bahawa fitnah kubur itu adalah hadimya iblis di salah
satu sudut kubur sambil menunjuk kepada dirinya sendiri serta menuntut dari si
mayat agar menjawab bahawa dialah (iaitu iblis sebagai) Tuhan orang yang
ditanya ketika malaikat bertanya:
"Siapakah
Tuhanmu?".
Pertanyaan
kubur ini dikecualikan kepada orang-orang yang telah disesuaikan dalam hadith
bahawa tidak adanya pertanyaan dikenakan untuk mereka, iaitu seperti:
1) Para Nabi. Yang hak bahawa mereka iaitu para Nabi tidak
akan ditanya. Satu pendapat mengatakan bahawa mereka akan ditanya tentang
Jibril dan wahyu yang diturunkan kepada mereka. Yang lebih afdhal dan lebih
layak bagi kita ialah soal pertanyaan terhadap junjungan agung para Nabi
tidaklah layak untuk dikhilafkan.
2) Shiddiqin yakni
orang-orang yang selalu bersifat jujur dan benar di dalam setiap perkataan dan
pengkhabaran.
3) Syuhada' yakni
mereka yang tergolong mati syahid.
4) Muraabithin yakni
mereka yang selalu tekun menjalankan ibadah.
5) Orang-orang
yang sebahagian besar waktunya di pergunakan untuk membaca setiap malam, baik
dia membacanya ketika tidur atau sebelum tidur akansurah As
Sajadah menurut pendapat sebahagian ulama.
6) Orang
yang mati dengan sebab taun atau yang selainnya pada zamannya dalam keadaan
sabar dan ikhlas.
7) Orang
yang meninggal pada malam Jumaat atau siangnya. Untuk pengetahuan, Jumaat itu
bermula selepas ’Asr hari Khamis, dan tamat apabila masuk waktu ’Asr hari
Jumaat.
Qaul
yang rajih (iaitu qaul yang lebih kuat dari segi dalilnya adalah) bahawa
selain para nabi dan syuhada' dalam peperangan adalah ditanya dengan
pertanyaan yang ringan.
Juga,
sebagaimana telah dimantapkan akan qaulnya oleh Jalaludin as Suyuti serta yang
para ulama’ besar yang lainnya, bahawa pertanyaan di dalam kubur itu adalah
khusus untuk orang-orang mukallaf (sila teliti keterangan mukallaf
yang banyak kali sudah saya buat sebelum ini). Dengan anak-anak (iaitu yang
belum mukallaf), maka tidaklah mereka akan ditanya.
Juga,
tidak ada pertanyaan akan dibuat kepada malaikat. Akan tetapi, soal pertanyaan
ke atas jin telah dijelaskan dengan mantap oleh Al-Jalaludin
as-Suyuti bahawa adanya pertanyaan pada mereka disebabkan mereka itu
terkena juga dengan taklif.
Dan
hikmah dari pertanyaan itu adalah menampakkan apa-apa yang telah disembunyikan
oleh para hamba di dunia berupa iman, kufur, taat atau maksiat. Maka
orang-orang mukmin yang taat akan menjadi kebanggaan Allah di hadapan para
malaikat dan sebaliknya orang-orang yang selain mereka akan dibuka pekong dan
kesalahannya, juga di hadapan para malaikat.
4.0 PENUTUP
Keterangan
berkenaan masalah ini akan dihuraikan lagi dalam bahagian yang akan datang. (ان شاء الله تعالى).
Juga, banyak ayat dan hadits, saya tidak kemukakan matannya untuk cepat
menulis. (ان شاء الله تعالى) saya akan berikan pada masa akan datang.
Sebelum
menutup kalam kali ini, suka saya mendatangkan satu riwayat yang menerangkan
bahawa (الله سبحانه وتعالى) pemah
mewahyukan kepada Musa (عليه السلام):
"Pelajarilah
kebaikan dan ajarkan dia kepada manusia ! Maka sesungguhnya Aku akan menyinari
bagi pengajar dan penuntut ilmu akan kubur-kubur mereka sehingga tidaklah
mereka merasa kesepian pada tempat mereka itu".
Dan
satu riwayat dari Umar (رضى الله عنه) menyebutkan bahawa:
"Barangsiapa
yang memberikan lampu penerang pada masjid-masjid Allah maka Allah akan member!
pula baginya lampu penerang di dalam kuburnya. "
(Sumber:Roudhah.Net)
(Sumber:Roudhah.Net)
SOLAT HARI RAYA
PANDUAN
/ TATACARA SOLAT AIDILFITRI LENGKAP MENGIKUT SUNNAH
NABI
S.A.W
Waktu
untuk mengerjakan solat Aidil Fitri adalah setelah terbitnya matahari setinggi
tombak sehingga tergelincirnya matahari iaitu waktu dhuha. Disunnahkan untuk
melewatkan solat Aidil Fitri agar memberikan kesempatan mereka yang belum
menunaikan zakat fitrah untuk menyempurnakannya.
1 –
Tidak ada solat sunat sebelum dan sesudah Solat Aidil Fitri.
Dari
Ibnu `Abbas bahawasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar pada
Aidil Fitri kemudian solat dua rakaat dan tidak solat sebelumnya dan tidak pula
sesudahnya.
(hadis
riwayat Imam al-Bukhari di dalam Shahih al-Bukhari, Kitab al-`Iedaini, hadis
no: 989)
Hanya
sahaja di Malaysia
ini solat Aidil Fitri dikerjakan di masjid-masjid. Maka perlu untuk
dilaksanakan solat Tahiyat al-Masjid kerana secara umumnya setiap kali
seseorang masuk ke dalam masjid adalah disyari’atkan untuk dikerjakan solat
sunat dua rakaat Tahiyat al-Masjid. Ini adalah sebagaimana sabda Nabi
shalallahu ‘alaihi wasallam:
Apabila
salah seorang di antara kamu masuk masjid, hendaklah dia rukuk (solat) dua
rakaat sebelum duduk.
(Hadis
riwayat Imam al-Bukhari dalam Shahih al-Bukhari, Kitab al-Sholah, hadis no:
444)
2 –
Tidak ada azan atau iqamah mahupun apa-apa ucapan sebelum solat Aidil Fitri.
Dari Ibnu `Abbas radhiallahu ‘anh: Bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam melaksanakan solat `Ied tanpa azan dan tanpa iqamah.
(Hadis
riwayat Imam Abu Dawud di dalam Sunan Abu Daud, Kitab al-Sholah, hadis no: 968)
Namun
untuk kemaslahatan umum, dibolehkan membuat pengumuman ringkas untuk memberi
tahu para hadirin bahawa solat Aidil Fitri berjamaah akan bermula, agar mereka
dapat bangun dan mula menyusun saf, lebih-lebih di tempat solat yang luas
dimana kedudukan imam tidak dapat dilihat.
3 –
Jumlah rakaat solat Aidil Fitri adalah dua.
Dari
Ibnu `Abbas radhiallahu ‘anh dia berkata: Bahawasanya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam keluar pada Aidil Fitri kemudian solat dua rakaat…
(Hadis
riwayat Imam al-Bukhari di dalam Shahih al-Bukhari, Kitab al-`Iedaini, hadis
no: 989)
4 –
Terdapat tambahan takbir di dalam solat Aidil Fitri.
Dari
`Aisyah (radhiallahu ‘anha), dia berkata: “Bahawa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam biasa bertakbir pada solat Aidil Fitri dan aidil Adha, pada
rakaat pertama tujuh kali takbir dan pada rakaat kedua lima kali takbir, selain dari dua takbir
rukuk.
- Hadis
riwayat Imam Abu Dawud di dalam Sunan Abu Dawud, Kitab al-Sholah, hadis no:
970.
Ada pun tentang jumlah takbir secara keseluruhannya sebelum
bacaan al-Fatihah, maka terdapat dua pendapat yang masyhur:
i –
Untuk rakaat pertama lapan takbir, iaitu satu Takbiratul Ihram dan tujuh takbir
kerana solat Aidil Fitri. 1 + 7 = 8. Untuk rakaat kedua enam takbir, iaitu satu
takbir kerana memulai rakaat kedua dan lima
takbir kerana solat Aidil Fitri. 1 + 5 = 6.
ii –
Untuk rakaat pertama tujuh takbir, iaitu satu Takbiratul Ihram dan enam takbir
solat Aidil Fitri. 1 + 6 = 7. Untuk rakaat kedua lima takbir, iaitu satu takbir
kerana memulai rakaat kedua dan empat kali takbir solat Aidil Fitri. 1 + 4 = 5.
Kedua-dua
pendapat termasuk dalam kategori perbezaan pendapat yang dibenarkan. Boleh
memilih salah satu daripadanya atau yang lebih tepat, mengikuti takbir imam solat
Aidil Fitri dalam pendapat yang dipilihnya.
5 –
Tentang haruskah diangkat tangan atau tidak ketika takbir tersebut, menurut
Syaikh Abu Ubaidah Masyhur bin Hassan: Tidak pernah diriwayatkan dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahawa baginda mengangkat kedua
tangannya ketika takbir pada solat Aidil Fitri (takbir pada rakaat pertama yang
berjumlah tujuh kali dan pada rakaat kedua lima kali)…
Hanya
sahaja Ibnul Mundzir berkata: “Malik telah berkata bahawa di dalam masalah ini
(iaitu angkat atau tidak tangan ketika takbir tersebut) tidak ada sunnah yang
dianggap muktamad. Barangsiapa ingin mengangkat kedua tangannya pada waktu
takbir tidak mengapa. Namun pendapat pertama (iaitu tidak mengangkat tangan)
lebih aku sukai.”
(Syaikh
Abu Ubaidah Masyhur bin Hassan, Total Koreksi Ritual Salat, ms. 395-396)
Oleh
itu di dalam hal ini bolehlah kita memilih untuk mengangkat atau tidak tangan
ketika takbir-takbir tersebut, namun yanglebih hampir kepada sunnah Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam ialah dengan tidak mengangkatnya.
Wallahu’alam.
6 –
Mengenai bacaan di antara takbir-takbir tersebut maka Syaikh `Ali Hassan bin
`Ali al-Halabi al-Atsari berkata: Tidak ada hadis yang sahih yang
diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengenai doa tertentu yang
dibaca di antara takbir-takbir solat Aidil Fitri, tetapi telah ditetapkan dari
Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anh bahawasanya dia berkata mengenai solat Aidil
Fitri: “Di antara dua takbir dipanjatkan pujian kepada Allah ‘Azza wa Jalla
sekaligus sanjungan ke atasNya.”
(Syaikh
`Ali Hassan bin `Ali al-Halabi al-Atsari, Meneladani Rasulullah Shallallahu
‘alaihi Wasallam Dalam Berhari Raya, ms. 61)
Menurut
Imam Ahmad dan Imam al-Syafi’i rahimahumallah sunat di antara dua takbir itu
membaca zikir seperti:
“Subhanallah,
walhamdulillah, wa la ilaha illallah, wallahu akbar”.
(Dinukil
darpada kitab Fikih Sunnah, karya Syaikh Sayyid Sabiq (edisi terjemahan oleh
Mahyuddin Syaf, Victory Agencie, Kuala Lumpur, 1990) jilid 2, ms. 286)
7 –
Tentang surah-surah yang dibacakan baginda shallallahu ‘alaihi wasallam setelah
membaca al-Fatihah, Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah telah berkata:
Diriwayatkan secara sahih dari bacaan pertama surah Qaf dan surah al-Qamar dan
bacaan kedua surah al-A’laa dan al-Ghaasyiah, dan hanya inilah riwayat yang
sahih dari beliau tentang bacaan itu (iaitu pada solat Aidil Fitri).
(Ibnu
Qayyim al-Jauziyyah, Zaadul Ma’ad, ms. 49)
8 –
Apabila seseorang tidak dapat turut serta untuk solat Aidil Fitri bersama
secara berjemaah maka hendaklah dia solat dua rakaat secara sendiri. Di dalam
Shahih al-Bukhari terdapat sebuah riwayat dari Atha’ bahawa dia berkata:
Jika
seseorang terlewatkan (tidak mendapatkan) solat Hari Raya, maka hendaklah dia
solat dua rakaat.
(Hadis
riwayat Imam al-Bukhari di dalam Shahih al-Bukhari, Kitab al-`Iedaini, Bab
Apabila Seseorang Tidak Mendapatkan Solat `Ied, Maka Hendaklah Dia Melaksanakan
Solat Dua Rakaat).
HUKUM
SOLAT HARI RAYA
Berkata
Ibn Taimiyah rahimahullah: Solat Hari Raya hukumnya fardu ‘ain bagi
setiap individu sebagaimana ucapan Abu Hanifah (Lihat: Hasyiyah Ibnu Abidin.
2/166) dan selain beliau. Ia juga pendapat Imam Syafie dan salah satu
dari pendapat mazhab Ahmad. (Lihat: Majmu Fatawa. 23/161) Pendapat yang
menyatakan fardu kifayah tidak berasas. (Lihat:
Majmu Fatawa. 23/161)
Nabi
sallallahu ‘alaihi wa-sallam tidak pernah meninggalkannya walaupun sekali.
Baginda memerintahkan semua manusia mengerjakannya, sehingga para wanita yang
merdeka, para gadis pingitan dan wanita haid dianjurkan ke musalla.
(Lihat:
Al-Mau’idah al-Hasanah 42-43. Siddiq Hasan Khan Sailul Jarar. 1/315. Syaukani)
“Ummi
Atiyah berkata: Rasulullah memerintahkan kami mengeluarkan para wanita merdeka,
yang haid dan gadis-gadis pingitan pada Hari Raya Aidil Fitri dan Adha.
(dilafaz lain) Keluar ke mussala (tanah lapang). Mereka menyaksikan kebaikan
dan dakwah kaum muslimin. Aku berkata: Wahai Rasulullah, salah seorang dari
kami tidak mempunyai jilbab? Baginda berkata: (suruh) agar saudaranya
meminjamkan jilbabnya!
(H/R
Bukhari 324, 351, 971, 974, 980, 981 dan 1652. Muslim. 980. Ahmad. 5/84-85.
An-Nasaii. 3/180. Ibnu Majah. 1307 dan at-Turmizi 539)
Perintah
di hadis ini menunjukkan perintah yang wajib, kerana diwajibkan ke musalla
bermaksud diwajibkan bersolat Hari Raya. Maka dengan demikian solat Hari Raya
hukumnya wajib ‘ain, atau yang lebih rajih hukumnya adalah wajib dan
bukan sekadar sunnah.
(Lihat:
Tamamul Minnah. Hlm. 344. Nasruddin al-Albani)
for more
information:
Saturday, 27 August 2011
you jerawat pergi jauh-jauh!!!
Jerawat
adalah masalah anak muda tetapi ia juga melibatkan orang dewasa. Jerawat
terjadi bila kelenjar minyak mengeluarkan terlalu banyak minyak dan sebum di
kulit terutamanya di muka , dada dan belakang iaitu kawasan yang mempunyai
banyak bulu roma.
Liang
minyak yang tersumbat akan menjadi bintik putih jika ia terjadi di bawah kulit
atau bintik hitam jika di lapisan luar kulit. Kulit akan menjadi kemerahan jika
radang terbentuk di sekeliling liang tersebut.
Lebih
besar kawasan radang lebih mudah terbentuk nanah dan akan meninggalkan parut
jerawat jika tiada perawatan dan ubat yang sesuai. Menghilangkan parut jerawat
lebih sukar bila perawatan diabaikan.
Wajah
muka yang penuh dengan parut jerawat sudah tentu menghilangkan seri dan
keyakinan diri.
Punca
jerawat :-(
Faktor
hormon terutama untuk perempuan dalam lingkungan umur subur adalah punca utama
masalah jerawat. Majoritinya adalah dalam belasan tahun dan awal 20 'an.
Faktor
seperti ahli keluarga yang banyak jerawat juga memainkan peranan.
Penggunaan
pil perancang, ubat steroid, vitamin B12.
Kosmetik,
pakaian yang ketat atau apa saja yang menutup liang minyak memberi masalah
jerawat di kulit.
Sesetengah
dari jerawat timbul dari ketegangan dan stress emosi yang dihadapi setiap hari.
Ini mungkin dari penghasilan minyak dan sebum dikulit yang bertambah.
Terdedah
kepada asap dan bahan kimia atau faktor alam sekitar seperti cuaca panas.
Terdapat
beberapa cara untuk menghilangkan bekas jerawat yang nak share ngan korang ni.
Korang try la, InsyaAllah parut akan berkurangan dan hilang. Ada banyak tips ni korang
boleh la try satu-satu dan tengok yang mana sesuai dan berkesan untuk korang.
Campurkan madu dan bedak sejuk kemudian
sapu di parut jerawat anda.
Ambil
sepotong ubi kayu dan kupas kulitnya. Buangkan kulitnya.
Kemudian bersihkan dan parutkan ubi kayu tersebut.Selepas itu perah untuk
dapatkan airnya. Sapu air tersebut pada bekas jerawat anda.
Campurkan madu lebah dengan kulit kayu manis yang
telah di asah. Sapu di muka yang berparut pada waktu malam. Cuci dengan air
suam pada
esoknya.
Amalkan 3 kali seminggu .
Ambil
10 helai daun sireh dan tumbuk daun tersebut. Kemudian sapu pada
tempat berparut. Cuci setelah ianya kering.
Kisarkan timun dan
tapis airnya. Hampas timun tersebut sapukan di muka anda. Selepas setengah jam,
cuci dengan air suam.
Perah buah lemon untuk
mendapatkan jusnya. Lumurkan jus lemon tersebut ke muka 2 kali
sehari dan minum jus lemon 1 kali sehari.
Gunakan
daun lidah buaya.
Ambil
jelnya sahaja dan lumurkan pada kawasan berparut. Bilas dengan air suam setelah
kering. Jelnya juga boleh di buat jus dan minum 1 kali sehari.
Selain
itu, terdapat juga beberapa tips bagi mengelakkan daripada pembentukan jerawat.
Lakukan
pencucian muka dua kali sehari dengan jenis sabun pencuci muka yang bertektur
lembut dan membersih secara mendalam. Jika boleh pilihlah jenis sabun pencuci muka
yang tidak terlalu mengeringkan dan boleh menghidratkan kulit.
Anda
juga adalah dilarang untuk memicit kulit anda yang mempunyai jerawat ataupun
sebarang bintik, nodul ataupun sebarang pertumbuhan baru yang tidak diperlukan
pada kulit anda. Sebaliknya jumpalah pakar kulit yang bertauliah atau pakar
dermatogi di klinik dan hospital pakar untuk menyelesaikan perkara tersebut.
Memicit kulit yang mempunyai jerawat bukan sahaja tidak elok pada kulit tetapi
akan memburukkan lagi keadaan kulit anda sekiranya berlaku jangkitan!
Penggunaan
pencuci wajah juga adalah digalakkan namun penggunaannya mestilah sesuai dengan
kulit. Penggunaan pencuci wajah adalah bertujuan untuk membuang lebihan sebum
yang tersumbat dalam liang Pori, selain membuang bintik hitam dan bintik putih
serta sel kulit mati. Namun perlu ditegaskan bahawa anda hanya perlu
menggunakan skrub wajah 1 hingga 2 kali seminggu sahaja atau 1 dalam masa 2
minggu bagi mereka yang kurang terdedah dengan aktiviti luar dan pancaran
cahaya matahari. Penggunaan pencuci wajah yang lebih dari kadar yang disyorkan
adalah amat merbahaya pada kulit khususnya pada kulit sensitive. Sila gunakan
pencuci wajah yang mempunyai butiran yang tidak kasar malah lembut pada kulit.
Sebanyak
mana yang boleh, anda mestilah mengelakkan kulit muka anda daripada terkena
cahaya matahari secara berterusan. Kulit akan mudah menjadi kering jika anda
terkena cahaya matahari secara berterusan. Walaupun anda terdedah dengan cahaya
matahari pada kadar yang sedikit.
Subscribe to:
Posts (Atom)